Halaman

Prospek Cerah Budidaya Belut

Belut merupakan hewan air yang bentuknya menyerupai ular. Hewan ini banyak dijumpai di area persawahan dan rawa. Di Indonesia, wilayah penyebarannya meliputi Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, hingga Flores. Selama mi belut belum banyak dibudidayakan olch masyarakat. Sebagian besar belut masih merupakan hasil tangkapan alam.
Banyak pelaku yang telah terjun ke dalam usaha budi daya komoditas yang satu ini, tetapi banyak dari mereka yang mengalami kegagalan. Belut termasuk komoditas perikanan yang membutuhkan perlakuan berbeda dengan perlakuan yang diberikan kepada ikan pada umumnya. Belut memiliki karakter hidup yang agak berbeda, biasanya disinilah letak kesulitan tersebut. 
Dari segi keuntungan segi keuntungan bisnis Belut memiliki prospek yang sangat baik. Penyebabnva adalah belum adanya pesaing serta masih terbukanya pasar, baik lokal maupun ekspor.  
Daerah tujuan ekspor belut di antaranya Jepang, Cina, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Korea, dan Singapura, masing-masing dengan tingkat permintaan sebesar 1.000, 300, 80, 20, 350, 10, dan 5 ton per minggu.
Masyarakat yang memiliki lahan sempit pun dapat memelihara belut. Secara teknis budi daya belut, khususnya pembesaran hanya memerlukan perhatian pada pembuatan media. Komponen ini adalah kunci utama kesuksesan budi daya belut. Selain itu, pakan dan pengaturan air juga termasuk faktor penting yang mendukung keberhasilan pembesaran belut.

.
Permintaan Belut di Pasaran | Prospek Budidaya Belut
Belut adalah salah satu ikan konsumsi yang sangat digemari oleh masyarakat. Bahkan, pada waktu tertentu sangat sulit menemukan belut di pasaran, baik di pasar tradisional maupun supermarket. Selama ini pasokan belut yang ada di pasaran masih mengandalkan tangkapan alam. Pada bulan - bulan tertentu, khususnya ketika musim kemarau, harga jual belut bisa melambung tinggi. Hal ini terjadi karena pada musim tersebut banyak belut yang mati akibat kondisi kekeringan yang melanda habitat hidupnya.
Sementara itu, pada musim hujan jumlah belut yang “tersedia di alam” biasanya jauh lebih melimpah. Puncak permintaan belut yang tinggi biasanya terjadi pada bulan Agustus, sehingga terjadi over-demand. Kondisi ini tidak lain dipengaruhi oleh ketersedjaan belut tangkapan yang menipis dan tidak dapat mengimbangi kebutuhan Masyarakat yang tinggi. Bayangkan jika anda menjadi salah satu penyuplai belut dari hasil budi daya, saatnya Anda menuai rupiah pada bulan-bulan tersebut.
Permintaan untuk pasar lokal banyak berasal dari Jawa Barat dan Jogyakarta Contohnya, di pasar Ciroyom, Bandung, setiap harinya membutuhkan sekitar 500 kg belut hidup. Sementara itu di Pasar Godean Sleman, setiap harinya memerlukan suplai belut segar seberat 7 kwintal. Sebagian besar permintaan berasal dan home industry yang mengolah belut menjadi produk pangan olahan. Setiap home industry membutuhkan rata-rata sekitar 50 kg belut segar per hari, sedangkan pasar Jakarta membutuhkan belut tidak kurang dari 20 ton per hari. Salah satu negara pengonsumsi belut terbesar adaah Jepang. Permintaan belut dari Negara ini cukup tinggi sehingga memberikan peluang ekspor yang sangat besar bagi para pembudidaya di Tanah Air. Namun perlu diperhatikan, masyarakat disana sangat anti terhadap pengunaan bahan kimia. Karena itu, belut-belut yang akan dieskpor ke Jepang harus terlebih dahulu lulus uji minis kandungan residu kimia.
Secara keseluruhan produksi belut nasional saat ini masih terbilang rendah mengingat permintaan yang begitu besar baik untuk kebutuhan lokal maupun ekspor. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya produksi belut nasional di antaranya sebagai berikut.
Jumlah pembudidaya yang mengusahakan belut masih sedikit. Mereka lebih suka membudidayakan ikan mas atau lele yang menurut mereka relatif lebih mudah.
Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang budi daya belut, sehingga sebagian besar belut yang berada di pasaran masih berasal dari tangkapan alam yang pada musim tertentu sukar diperoleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar